Kisah Ujung Cinta Janda Muda
Cinta yang terlalu larut, itu mungkin yang dirasakan oleh sepasang muda mudi yang yang sedang membara dan hilang akalnya. Hal ini dirasakan oleh sejoli sebut saja Dita (15) dan Adit (18) Asal Kota BL. Kebetulan Dita ini adalah teman media sosial saya sendiri yang tidak terlalu jauh dan juga tidak terlalu dekat.
Tapi saya selalu mengikuti aktivitasnya di media sosial, yang ternyata ia adalah janda anak satu yang ditinggal oleh suaminya sendiri, Adit. Kepo punya kepo, Dita ini perempuan yang terbuka dan dengan pendekatan yang lumayan akhirnya Dita bersedia menceritakan kenangan pahitnya yang tidak ingin diingatnya lagi.
Penyesalan yang Membelenggu dalam Cinta seorang Janda Muda
Ada yang menarik dari kisah ini adalah betapa pilunya beban yang dirasakan oleh seorang perempuan dari kekhilafan dan korban cinta yang berlebihan. Laki-laki yang mengumbar janji untuknya dan merenggut segala kehormatannya menjadi alasannya berkorban untuk mengubur segalanya untuk demi janin akibat buah cinta mereka di luar ikatan.
Dita bercerita pada saya bahwa ia mengenal laki-laki itu melalui teman pergaulannya. Sifat Dita yang Supel dan mudah bergaul membuat ia cepat dekat dengan Adit. Dita tak pernah menyangka bahwa sosok Adit benar benar membuatnya lemah dan tidak berdaya. Keduanya yang masih berstatus pelajar SMP dan SMA itu sedang dimabuk cinta dan melakukan hal yang dilarang oleh Agama dan orangtua mereka.
Dita merasa tidak memikirkan hal buruk lain terhadap Adit yang sudah bersamanya beberapa bulan itu. Kehamilan Dita sempat membuat keluarga terguncang, bahkan keluarga Adit sempat tidak menerima kenyataan itu, Adit seperti mau tidak mau untuk bertanggung jawab. Rasa kecewa dan menyesal Dita perlahan muncul ketika keduanya dinikahkan dan keduanya harus berhenti sekolah.
Pernikahan dini akibat membuncahnya rasa itu, membuat Adit mulai tidak mencintai Dita dan mengabaikannya dalam usia kandungan yang mulai tua. Tak banyak yang Dita dapat perbuat. Hanya menangisi dan menerima nasibnya. Hari demi hari, perlakuan keluarga Adit semakin parah. Dita menjadi bahan gunjingan keluarga besar, lalu tidak dianggap dan dijatuhkan harga dirinya seperti "perempuan murahan"
Keacuhan Adit dan kondisi keluarga yang tidak ada yang mendukung membuat Dita tertekan dan nyaris bunuh diri, memotong leher nya sendiri dan menusuk perutnya. Namun hal itu diketahui segera oleh keluarga Adit dan nyawanya dan bayinya tertolong. Atas kejadian itu Dita dikembalikan ke keluarganya sendiri, penderitaan Dita tidak sampai disitu. Adit, lelaki yang ia percaya sebagai cinta sejatinya mentalaq nya dan menggugat cerainya dengan jangka waktu setelah melahirkan.
Jiwa Dita terguncang, ia mendendam, mengutuk, mencerca, meraung. Rasa sakit yang mendalam tidak memberinya pilihan selain menerimanya. Dua minggu kemudian, ia melahirkan anak laki-laki tanpa suami disampingnya. Adit tak pernah sekalipun mengunjunginya, ungkap Dita. Untunglah bayi laki laki yang ia beri nama "Al" itu memberinya harapan dan membangkitkan rasa hangat yang membuatnya sadar akan peran keibuannya.
Dua tahun sudah berlalu dengan proses jatuh bangun Dita yang mungkin orang lain tidak rasakan. Ibunya yang sebelumnya tidak peduli dengan keadaan Dita, kini mulai berangsur luluh sejak kehadiran Al. Saya yang hanya mendengarnya tidak sanggup merespon apapun, cucuran air mata Dita dan emosi yang meluap ia ungkapkan. Sisi lemah dan hancur secara jelas terlihat.
Dita sudah mencoba selama ini mencari sosok lain pengobat hati dan remuk jiwanya. Baginya yang hadir selama ini bagaikan sampah, kecoa, kotoran dan segala yang menjijikkan, ungkap Dita penuh emosi. Semua hanya memanfaatkannya tiada ampun dari segi materi dan fisik. Bahkan ada yang mengaku bahwa selama ini memacari Dita hanya untuk nafsu dan menganggap janda seperti Dita itu mudah dirayu dan dibohongi. Alangkah busuknya, saya mendengarnya jadi ikut merasakan bagaimana jika saya menjadi Dita. Mungkin saya tidak akan sekuat ini.
Saya merasa bahwa sosok Dita tidak hanya satu di dunia ini, betapa banyak kecelakaan cinta serta kerugian mental dan batin yang hanya dibebankan oleh perempuan. Sebagai sesama perempuan saya tidak membela Dita karena gender tapi karena kemanusiaan. Jadi izinkan saya menyampaikan sedikit petuah yang mungkin akan bermanfaat bagi Anda terutama kaum wanita.
Pernikahan bukan hanya tentang penyampaian nafsu biologis yang tak berujung, pernikahan adalah sebuah tahap penuh kehormatan dalam kasih sayang, penyempurnaan cinta yang hakiki dalam menyatukan tujuan yang sejati. Jadi tolong bagi perempuan jangan mudah baper dan terbawa, kenapa saya katakan ini?. Karena sesungguhnya disinilah titik lemah perempuan menjadi korban. Berpikirlah dengan matang karena harga dirimu takkan bisa tergantikan jika telah terenggut. (Narasumber oleh Dita berdasarkan Kisah Nyata)