Derita Mahasiswa Akhir yang wajib kamu ketahui
Banyak mahasiswa yang sudah semester akhir mengeluh tiada ujung. Yang dikeluhkan macam-macam sampai tidak ada habisnya. Media sosial, grup, kumpul-kumpul tidak terlewat dari curhatan-curhatan mereka.
Kuliah itu jenjang pendidikan setelah masa SMA sebutanya sudah mahasiswa, keren. Di zaman sekarang tahu sendiri pastinya cari kerja susah, segalanya serba mahal, dan tidak mungkin kita hidup nempel terus dengan orangtua. Pilihannya cuma ada dua, kerja atau lanjut kuliah.
Balada Mahasiswa Tingkat Akhir yang Bikin Tersentuh
Bagi yang gak suka ribet dan capek mikir ditambah biaya gak dukung pasti memilih bekerja, kalau yang masih kuat mikir dan ingin memperbaiki taraf hidup pasti milih kuliah. Ya... Itu tergantung pilihan masing-masing, tidak ada yang salah mau kerja atau mau kuliah karena tujuannya sih hampir sama yaitu cari pengalaman dan pengetahuan tapi gak tau kalau yang punya maksut lain ... Cari jodoh mungkin. Hehe
Di awal kuliah pasti kalian seneng-seneng dan menikmati masa jadi MaBa alias Mahasiswa Baru. Karena masih anget-angetnya. Kuliah pakai baju bebas, makan di kantin, nonton bareng, nongkrong, ikut organisasi, dan dapet banyak teman. Tapi semua gak berjalan mulus guys, semua akan terasa saat jadi mahasiswa tua atau akhir yang banyak tuntutan. Nah, untuk kalian yang pengen tau derita mahasiswa akhir wajib baca,
1. Kantong Kering
Kanker alias kantong kering sih sebenarnya gak cuma mahasiswa tingkat akhir yang ngerasain tapi mahasiswa yang awal juga merasakan. Tapi kantong kering mahasiswa akhir ini levelnya udah tingkat dewa, bisa dibilang abis-abisan deh. Dikit-dikit keluar duit. Buat print, fotocopi, revisi skripsi, revisi muka (biar keliatan fresh), dan biaya tak terduga lainnya.
Mahasiswa semester akhir itu biasanya banyak hutang buat nutupin kebutuhannya. Kalau gak ada pinjaman uang biasanya dia hidup nomaden guys numpang sana sini buat makan. Mau minta orangtua pastinya mikir dua kali guys karena kenyataannya lebih besar pasak daripada tiang, sangat merana bukan.
2. Hasil kerjaan semalaman dicoret dosen
Untuk menyelesaikan pendidikan tingkat perguruan tinggi ada tugas akhir yang harus dipenuhi, yaitu skripsweet alias skripsi yang jadi syarat utama dapet gelar sarjana. Dari pengajuan proposal sampai penelitian dan sidang skripsi adalah proses yang sangat panjang guys.
Perlu kalian tahu, semua itu gak semudah seperti bikin makalah di SMA tinggal copas edit sana sini jadi. Skripsi itu bener-bener pembuktian kalian sebagai mahasiswa berilmu (bahasa tinggi haha). Skripsi itu sifatnya super ilmiah dan dilarang plagiat atau skripsi kamu bakal ditolak dan dibuang ke tempat sampah.
Terkadang tulisan yang sudah dikerjakan dengan seluruh jiwa dan raga penuh dahaga saja dicoret-coret dan dikomentari pedas. Perasaannya begitu menyakitkan dan tersiksa (lebay). Tapi serius, rasanya itu kita udah mahal ngeprint dan semalaman kejar target eh dicoret. Nah maka itu bagi kalian yang masih alay gak usah deh coret-coret baju gitu kalau lulus karena akan lebih menyakitkan jika skripsi kalian dicoret, karma berlaku guys.
3. Ngelamar kerja dimana-mana
Tuntutan ekonomi yang tidak mencukupi, mau gak mau harus cari uang tambahan. Mahasiswa akhir yang pengeluarannya seperti air mengalir tidak mungkin meminta dan bergantung pada orangtuanya. Kalau kaya sih gak masalah, tapi apa gak ada rasa malu sama orangtua kita karena belum bisa hidup mandiri.
Alhasil mahasiswa akhir cari kerja saba sini buat menghidupi dan menambah penghasilan selagi mengisi waktu luang. Jangan kira pekerjaan mereka itu di ruangan AC, berdasi, pake jas. Itu sangat jauh dari ekspektasi. Kebanyakan mereka bekerja jadi tukang ojek, waiter kafe atau rumah makan, kuli bangunan, jual makanan keliling panas-panas. Mungkin ada yang agak enakan sedikit itupun haru punya skill tinggi misal, freelance jadi penulis atau creator, desain graphis, programmer, fotographer, dan sebagainya.
4. Banyak Tekanan
Kebanyakan orang-orang mungkin tidak mengerti betapa susahnya menjadi mahasiswa. Banyak proses dan tahap yang harus dilalui dengan tertatih, banyak harapan yang tidak sesuai dengan kenyataan. Mungkin itu memang tergantung pada diri kita masing-masing.
Tapi perasaan yang bisa diketahui oleh kita sendiri membuat orang lain berfikir bahwa kita yang tidak berusaha dengan lebih baik makanya studi kita banyak hambatan, rintangan, dan cobaan. Pertanyaan-pertanyaan semacam kapan lulus, kapan kerja, kapan nikah, kapan sukses, kapan punya rumah. Pertanyaanaal yang menurut kita sangat mengutuk daq menambah beban fikiran.
5. Diputusin
Hal ini jarang terjadi sih kecuali memang sudah nasibnya. Kebanyakan mahasiswa akhir itu sudah fokus beresin studinya dan biasanya yang kerja udah kehabisan waktu buat pasangannya. Pasangan yang gak paham dengan kondisi ini pastinya gak betah dan merasa diabaikan ya guys.
Ya mau gimana lagi keadaan yang harus dilewati dan tidak bisa dihindari. Kunci utamanya yaitu harus menghargai satu sama lain dan tetap menjaga komunikasi agar tidak terjadi salah paham. Kalau salah satu pihak sudah egois otomatis hubungan gak akan harmonis lagi akibat kurangnya waktu, kurangnya financial, kurangnya perhatian. Jadinya pasangan akan pergi dan mencari yang lebih baik, padahal dengan mencapai gelar sarjana dan bekerja itu untuk masa depan berdua akan tetapi pandangan seperti itu sudah tertutup jika pasangan kalian tidak menerima keadaan kalian sebagai mahasiswa semester akhir yang harus penuh dengan penderitaan.